Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

MEMBERANTAS KORUPSI DENGAN HATI NURANI



Ahmad Yani

Foto : Istimewa
Indonesia pada dasarnya merupakan bangsa yang ideal karna Sumber Daya Alam yang sangat berpotensi  bagi pembangunan infrastruktur bangsa. Tapi ada masalah besar di negeri, sehingga menyebabkan reputasi nilai tambah bangsa Indonesia sebagai Negara yang kaya raya menjadi sangat rendah. Justru sebaliknya, kekayaan Negara bukan untuk kesejahteraan warga setempat  namun terkadang menjadi bencana besar bagi warga negara. Hal seperti inilah yang menimbulkan opini tentang persepsi Indonesia bahwa “Indonesia sebagai Negara merdeka namun rakyat masih banyak yang sengsara”, ada plesetan-plesetan yang mengatakan “Indonesia adalah robot kekinian” dengan  sistem perkembangan yang  kaku, lebih megedepankan uang sebagai suatu simbol kekuasaan, sehingga rakyat kecil tidak mempunyai kebebasan dalam mempertahankan haknya sebagai manusia yang mempunyai kekuasaan dan seharusnya  mendapat perlakuan yang adil.
“Indonesia adalah Negara yang paling banyak memelihara tikus-tikus berbulu domba” sehingga banyak terdapat kerusakan yang mengakibatkan pada pembangunan sosial, mengapa hal tersebut mesti terjadi? Pertama yang menjadi prioritas hancurnya sebuah Negara adalah karna di dominasi oleh mental pemimpin bangsa. Orang jepang mengatakan ikan mulai busuk dari kepalanya pemimpin bangsa diibaratkan kepala ikan dari organisasi yang dipimpinya, (birokrasi) adalah  badanya jadi dapat kita bayangkan apabila kita (konstituen) memilih kepala ikan yang busuk maka Negara ini pun akan cepat busuk (Bibit S Rianto, koruptor go to hell, mengupas anatomi korupsi di Indonesia Jakarta mizan 2012 hal 97).
      Membangun Negara harusnya dengan hati nurani, karna secara esensial Negara yang maju adalah Negara yang mampu mempertahankan identitas pribadinya sebagi Negara yang makmur, tentram, dan sejahtera. Pada dasarnya, Kita patut bersyukur selaku warga negara Indonesia karna  Sumber Daya Alam di Indonesia sangat baik mulai dari pertanian yang subur, sampai pada penyediaan hewan ternak yang berpengaruh pada perekonomian rakyat.

Kepemerintahan di Negara ini sangat mengkhawatirkan. Sehingga berakibat pada pembangunan infrastruktur bangsa. Seperti Adanya pejabat yang korupsi yang pada  saat ini semakin mendarah daging serta  sulit untuk di basmi, ada istilah yang menarik , jika di era orde baru korupsi di lakukan dengan aneka selubung, di era reformasi sejak 1998 tindak korupsi berubah drastis menjadi tanpa urat malu.
Koruptor bergerak terang-terangan merampok uang Negara besar-besaran. Angka kerugian Negara pun tak terhitung hingga kini.  tak bisa  di tutupi lagi keadaan telah menunjukkan kebenaran yang hakiki bahwa  kondisi korupsi yang merajalela saat ini didominasi oleh pengusaha hitam yang ingin mengeruk keuntungan besar dengan membagi keuntunganya dengan birokrat, politikus, ekonomi, penegak hukum, bahkan ulama’. Mereka yang berusaha mengatasi masalah ini akan di jadikan musuh bersama (common enemy) (Bibit S Rianto : 2012)
Bencana besar yang terjadi di Negara apabila masyarakat atau warga Negara menganggap korupsi adalah hal yang biasa. Pemahaman semacam inilah yang mengakibatkan proses pembangunan infrastruktur bangsa menjadi semakin melemah. Ibaratnya kalau kita  membiarkan satu pilar yang rusak maka akan berakibat pada bangunan yang lain.  Korupsi adalah masalah besar bangsa yang secara langsung berpengaruh pada kesejahteraan rakyat, moral, pengembangan Sumber Daya Alam, dan Pertumbuhan Sumber Daya Manusia. Karna Negara yang di dominasi oleh peminpin yang  korupsi akan menumbuhkan mental anarkis bagi generasi muda yang akan menjadi peminpin di masa selanjutnya.
Proses pembentukan mental anak mulai dari sejak lahir hingga mengenal lingkungan sosialnya tentu dokmatisasi tentang korupsi sudah mulai tumbuh karna keberadaan sosial menyuguhkan berita tentang korupsi sehingga bukan merupakan hal yang sakral lagi dalam kehidupan sehari-hari
Kini memasuki zaman milleneum ketiga, di mana orang lebih banyak mengesampingkan hati nurani, bukan merupakan pemandangan yang aneh lagi ketika  kita jumpai saudara-saudara kita yang masih sengsara, tidur di bawah kolom jembatan, makan dengan mengais sampah yang hanya pantas dilakukan oleh tikus dan coro. Apa tindakan pemerintah? Justru yang kita hadapi saat ini hanya masalah korupsi yang hanya menguntungkan sebelah pihak. Berdasarkan alasan serta kenyataan objektif tersebut maka sudah menjadi tanggung jawab kita bersama sebagai warga Negara untuk mengembangkan serta mengkaji sistem kepemimpinan sebagai suatu hasil pencapaian bangsa yang setingkat dengan paham atau isme-isme besar dunia dewasa ini seperti misalnya Liberalisme, Sosialisme, Komonisme. Upaya untuk mempelajari serta mengkaji system kepemimpinan Negara terutama dalam kaitanya dengan tugas besar bangsa Indonesia untuk mengembalikan tatanan Negara kita yang porak poranda dewasa ini.
Reformasi ke arah  terwujudnya masyarakat dan bangsa yang sejahtera tidak cukup hanya dengan mengembangkan dan membesarkan kebencian, megobarkan sikap dan kondisi konflik antar elit politik. Melainkan dengan segala kemampuan intelektual serta sikap moral yang arif demi perdamaian dan kesejahteraan bangsa dan Negara sebagai mana yang telah di teladankan oleh para pendiri Negara kita dahulu. Jadi, kita  bangun peradaban bangsa dengan hati nurani melalui pemimpin yang menghormati kehidupan, mempunyai kecerdasan emosi, mental, serta spiritual. Sehingga bisa mensejahterakan warga negera. Kita memilih pemimpin bukan di “Lotre”, namun mengunakan spesifikasi tentang kesepakatan bersama yaitu dengan system pemungutan suara sehingga otoritas terbesar ada di tangan rakyat.
Polemik korupsi, System kepemimpinan yang lebih mengedepankan uang mengakibatkan kesenjangan social yang sangat parah, kurang maksimalnya pelayanan hukum bagi rakyat kecil sehingga tidak pernah menemukan keadilan dalam memutuskan suatu perkara. System demokrasi yang membingkai kekuatan dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat. Kini menjadi ilusi yang sifatnya nisbi. Uang selalu saja menjadi tameng kaum politikus, seolah-olah dengan mengusung uang yang lebih banyak dia bisa berbuat apa saja di dunia ini. Proses pembelian hukum, sudah menjadi hal yang lumrah namun nasib rakyat kecil apabila di hadapkan di persidangan hanya pasrah pada keadaan. Maka tak salah apa yang di katakan oleh iwan fals seorang budayawan Indonesia bahwa “lucunya di negeri ini hukuman bisa di beli, kita rakyat biasa pasrah akan keadaan”  
Indonesia merupakan bangsa yang setiap tahun kepadatan penduduknya semakin bertambah. Sorotan dari berbagai publik menilai bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang makmur, sejahtera, dengan kekayaan Alam. Baik dari segi infrastruktur Sumber Daya Alam yang melimpah serta keanekaragaman budaya, Seni dan keterampilan yang di miliki oleh masing-masing warga Negara. Namun persepsi tersebut melingkar dan hanya menjadi angan-angan di benak kita.

Post a Comment

1 Comments

  1. wah, complicated juga ya ms yani masalah dinegara kita ini. dari judul anda itu saya tertarik dengan kata hati nurani, kira-kira hal apa yang bisa melatih hati nurani kita ini untuk dapat menghindari tindakan tercela itu? toh terkadang menurut saya banyak orang -orang baik yang pada akhirnya kalah juga pada sistem yang mengarah pada tindakan-tindakan itu.

    ReplyDelete

Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji