Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

PEDULI PADA JAMBAN DAN SAMPAH KAMPUS: JALAN MENUJU PEMELIHARAAN KOTA IMPIAN


Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta

Kota impian? Kota impian dalam banyak persepsi orang adalah bersih, tertata rapi, hijau, sanitasinya lancar, tingkat polusi rendah, tidak macet, banyak tamannya, dan aman. Mungkin masih banyak persyaratan yang dikemukakan, dan mungkin juga persyaratan tersebut sulit untuk direalisasikan, lama, serta mahal. Demikian mustahilnya mememenuhi persyaratan itu, sehingga sebuah kota bisa saja dijual dan ditawarkan di balai lelang, seperti kota Buford di Wyoming Amerika Serikat (Republika Online, 4 April 2012). Sebuah kota impian tidak hanya terdiri dari sarana dan prasarana fisik yang bagus dan lengkap saja namun juga meliputi perilaku penduduknya yang bersedia merawatnya. Kesediaan penduduknya merupakan bentuk kepedulian dan tanggung jawabnya sebagai warga kota. Ketika warga kota sudah tidak peduli dengan kotanya, maka kota itu layak dijual seperti yang terjadi pada kota Buford tersebut.

Tulisan ini lebih menitik beratkan pada perilaku penduduk kota yang peduli pada kotanya, meskipun membangun prasarana dan sarana fisik juga sangat penting. Persoalan yang muncul dengan perilaku terhadap bangunan fisik adalah kurang mampunya orang-orang dalam menjaga bangunan fisik yang dibangun. Orang-orang kurang mempunyai perilaku menjaga bangunan fisik karena berbagai alasan antara lain malas, merasa tidak perlu melakukannya, malu, merasa tidak bertanggung jawab, dan tidak tahu. Perilaku abai terhadap kota ini terjadi karena mereka tidak mengetahui tentang bahayanya perilaku abai tesebut.

Apa saja dampak perilaku abai terhadap kota yang ditinggali? Dampak yang sangat jelas yaitu kota menjadi kumuh, kotor, dan tidak terurus. Orang-orang malas untuk membersihkan rumahnya dan lingkungan sekelilingnya. Dampak selanjutnya adalah kota menjadi langganan banjir. Semua selokan dan sungai di kota menjadi tempat pembuangan sampah. Mungkin saja semua bangunan yang ada menjadi runtuh gara-gara tidak pernah dirawat. Perilaku abai tersebut, sayangnya menjadi perilaku yang sangat umum terjadi. Bahkan bila ada orang yang mencoba membersihkan fasilitas publik di tengah orang-orang yang abai tersebut, maka ia akan dicurigai dan dihina. Hal ini antara lain menimpa warga Amerika yang membersihkan jalan-jalan di kota Malang (Adhi, 2014). Beritanya sebenarnya biasa saja, namun komentar orang-orang yang membaca berita itu selalu bernada negatif.

Apa saja yang sudah dilakukan untuk membentuk rasa kepedulian pada kota yang sudah ditinggali? Cara yang sudah ditempuh antara lain dosen memberi contoh kepada mahasiswa di kampus untuk membersihkan fasilitas publik. Kampus menjadi semacam wahana belajar mencintai dan menjaga fasilitas publik. Pelajaran ini telah dilakukan para dosen di Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta, dengan melalui prorgam pendidikan karakter IAYP (International Award for Young People). Salah satu kegiatan IAYP tersebut adalah pelayanan masyarakat, dan kegiatan tersebut dilakukan secara rutin selama 12-24 minggu (untuk tingkat perunggu). Pada setiap minggu, mahasiswa peserta program IAYP membersihkan fasilitas publik minimal 60 menit / minggu secara suka rela. Pendidikan karakter berskala internasional ini sudah dilakukan oleh jutaan remaja usia 14-25 tahun di 140 negara. Orang-orang muda merasa bangga telah menjadi agen pelopor perubahan.

Pelaksanaan kegiatan pelayanan masyarakat dalam program IAYP di kampus Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta, adalah membersihkan fasilitas publik. Fasilitas publik tersebut ialah jamban dan halaman kampus. Perilaku menjaga lingkungan itu juga dilakukan dengan cara mengelola sampah-sampah non organik khususnya kertas-kertas yang ada pada bagian administrasi kampus. Selain kertas-kertas, jenis sampah lainnya yang dikumpulkan adalah bungkus kemasan berbagai produk (makanan, minuman, detergen, dan sebagainya). Pada setiap pertemuan dengan mahasiswa, dosen sering menagih mahasiswa untuk membawa kumpulan bungkus berbagai produk dari rumah. Hal ini juga dilakukan pada para karyawan, yaitu untuk membawa sampah bungkus berbagai produk.

Kepedulian terhadap pengelolaan sampah ini dipicu oleh program sarapan dengan minuman bergizi Energen, yang dikelola oleh Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta. Program tersebut juga menggandeng perajin sampah di desa Sukunan, Sleman Yogyakarta. Hasil dari kerjasama tersebut ialah sampah-sampah mahasiswa, karyawan dan dosen telah dirangkai secara kreatif menjadi tas dan dompet cantik. Tas dan dompet cantik itu kemudian menjadi hadiah bagi mahasiswa dan karyawan yang berprestasi.

Apa saja respon orang-orang terhadap perilaku menjaga kebersihan kampus ini? Respon yang muncul antara lain ejekan, hinaan, kekaguman tetapi tidak bersedia menirunya, tidak peduli, dan merasa terancam. Sebagian pimpinan kampus justru merasa senang, karena tidak perlu mengeluarkan biaya banyak namun kampus dapat terpelihara dengan baik. Pimpinan yang lain justru merasa terancam karena mereka dianggap tidak becus dalam mengelola kampus, namun tindakan yang diambil adalah tetap tidak peduli pada kebersihan kampus. Para karyawan bagian kebersihan juga merasa senang karena sebagian tugas-tugasnya telah dilakukan dengan baik oleh peserta program IAYP. Juga timbul cemoohan bahwa dosen yang bersedia membersihkan jamban kampus adalah sedang melakukan pencitraan demi predikat dosen teladan.

Respon-respon negatif tersebut muncul karena mereka belum memahami nilai-nilai dasar dari pendidikan karakter IAYP. Pendidikan karakter IAYP tersebut mendorong anak-anak muda untuk berani melakukan kebaikan-kebaikan yang mana orang lain tidak peduli namun mereka menuntut hasil yang prima dari perilaku tersebut. Jadi orang-orang pasti menuntut fasilitas publik yang bersih, namun mereka enggan untuk membersihkannya. Pada program IAYP ini anak-anak muda didorong untuk menjadi pelopor bagi hal-hal yang baik.

Apa saja dampak-dampak positif dari pendidikan karakter tersebut? Dampak positif yang tercatat adalah mahasiswa peserta program IAYP yang pulang ke daerah masing-masing, ternyata juga tetap melakukan kebaikan-kebaikan ini secara rutin. Mereka membersihkan fasilitas publik yaitu pemakaman umum, jamban asrama, dan masjid. Mahasiswa yang pulang ke daerahnya tersebut juga mengajarkan kepada keluarganya, teman-temannya, dan orang-orang lain tentang pentingnya manjaga kebersihan lingkungan. Mereka menumbukan rasa kepedulian yang tinggi pada masyarakat sekitar untuk melakukan hal-hal baik kepada kota tempat tinggalnya.

Apa saja pesan-pesan dari kegiatan kepedulian lingkungan melalui program pendidikan karakter IAYP? Pesan yang sangat jelas yaitu bahwa kita tidak perlu malu melakukan kebaikan, meskipun orang lain mencemoohkannya. Kebaikan yang dilakukan dalam program ini adalah nyata yaitu membersihkan dan memelihara fasilitas publik. Apabila semua generasi muda bersedia melakukan kepedulian terhadap fasilitas publik, maka kota akan semakin terpelihara sehingga predikat kota impian bukan sesuatu yang mustahil.


DAFTAR PUSTAKA

Adhi, S.A. (2014). Warga Amerika in datang ke Malang hanya untuk bersihkan sampah. Tribunnews.com, 27 Februari. Retrieved from:
http://www.tribunnews.com/regional/2014/02/27/warga-amerika-ini-datang-ke-malang-hanya-untuk-bersihkan-sampah
Republika Online. (2012). Kota ini dijual seharga Rp. 916 juta, berminat?. Retrieved on September 18, 2014 from:
http://www.republika.co.id/berita/senggang/unik/12/04/04/m1xwtb-kota-ini-dijual-seharga-rp-916-juta-berminat


SUGGESTED CITATION:

Shinta, A. (2014). Peduli pada jamban dan sampah kampus: Jalan menuju pemeliharaan kota impian. Lomba Menulis. Penyelenggara Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya Jakarta, dengan tema “Siap menjadi penggiat permukiman berkelanjutan?”. 18 September 2014.

Post a Comment

0 Comments